Magelang - Sebanyak 29 seniman dari Magelang, Temanggung, Wonosobo,
Semarang, dan Yogyakarta, menggelar pameran seni rupa di sekitar Candi
Borobudur. Yakni, di Rumah Seni Rupa Tuksongo dan Limanjawi Art House
untuk menyambut Borobudur Interhash 2012.
Pameran seni rupa
bertajuk "Borobudur Sociocultural" ini dibuka pecinta seni rupa dari
Jerman, Kurt Kyriss, pada Minggu (20/5) malam, di Rumah Seni Rupa
Tuksongo, Borobudur, Magelang. Pameran yang berlangsung pada 20 Mei
hingga 3 Juni ini, menggelar 60 hasil karya berupa lukisan, patung, dan
seni instalasi.
"Kami tidak tahu apakah para peserta Borobudur
Interhash memiliki waktu untuk melihat pameran di dua galeri tersebut.
Namun, kami berharap mereka ada kesempatan untuk melihat pameran," kata
pemilik Limanjawi Art House, Umar Chusaeni.
Ia mengatakan, di
Indonesia jarang terjadi dua galeri bersama-sama menyelenggarakan
pameran. Menurut Umar, kegiatan tersebut mengajak para perupa yang
terlibat dalam pameran ini menengok, mencermati, mendalami, serta
merenungi kembali karya agung nenek moyang itu, kemudian menuangkan
ide-ide atau hasil dari kontemplasi dan olah rasa ke dalam karya seni
rupa.
Sementara, pemilik Rumah Seni Rupa Tuksongo, Deddy Paw,
mengatakan, perenungan tidak hanya pada aspek yang kasat mata. Namun,
juga pada aspek ideologis dan religius, sehingga Borobudur akan
"bicara", tidak hanya sebagai obyek, tapi beralih menjadi subyek yang
terus "bicara" lewat tangan-tangan perupa.
Selain "menggarap"
Candi Borobudur dan seisinya, lanjut Deddy, sebanyak 29 perupa tersebut
juga mengeksplorasi mengenai aspek-aspek sosial budaya yang ada dan
terjadi di dalam kehidupan masyarakat Borobudur.
"Mereka
menuangkan gagasan ke dalam lukisan, patung, seni obyek, seni instalasi,
dan lainnya, sehingga dalam pameran ini harapan kami berbincang tentang Borobudur tidak melulu hanya ngomongin soal candi," urai Deddy.
Ia berharap, kegiatan ini bisa menjadi forum dialog antara para perupa dengan apresian.
Oleh: Ary Nugraheni - Sumber: ANT
0 comments:
Post a Comment